Mencintai tanpa arti Untuk sebuah alasan
Aku mulai tak berhenti membayangkannya: haruskah semua begitu sempurna?
ㅤㅤ
Sebuah rumah mewah berlantai dua, satu set sofa nyaman, terbentang kolam renang di halaman belakang. Di salah satu sisi rumah ada sebuah garasi cukup untuk mobil tiga, tak lupa satu set home theatre di ruang keluarga. Lalu tempat tidur besar nan empuk rasa surga, ditambah satu buah bath tub di tiap kamar mandi kamar untuk berendam lama-lama: sambil mendengarkan musik atau membayangkan di restoran mana kita akan makan malam dan habiskan waktu bersama.
ㅤㅤ
Haruskah semua begitu sempurna?
ㅤㅤ
Sepasang cincin harga delapan digit melingkar di masing-masing jari manis kita. Sebuah prosesi seserahan segala ada, sebuah pesta besar sehari semalam penuh canda tawa. Didramatisasi dengan doa-doa dan jabat tangan ribuan kerabat, ratusan kado, tangis haru bahagia keluarga.
ㅤㅤ
Aku merenung sendiri.
ㅤㅤ
Haruskah semua begitu sempurna? Sementara apa yang kucinta darimu adalah ketidaksempurnaanmu.
ㅤㅤ
Haruskah semua begitu sempurna? Sementara kita tak pernah tahu apakah kesempurnaan selalu mengantar kita pada kebahagiaan.
ㅤㅤ
Tidakkah mestinya segalanya sederhana saja: sesederhana dirimu, sesederhana cinta itu sendiri. Karena bahkan senyum yang kau hadirkan setiap hari sudah terlalu mewah untuk diperbandingkan dengan segala yang ada di bumi, yang bisa maupun yang tak bisa kita beli. Karena bahkan tatapan yang kau hadirkan lebih meneduhkan dari rumah mewah tipe apapun dengan harga semahal apapun.
ㅤㅤ
Jadi, haruskah semua begitu sempurna?
Teruntuk _D
Tembilahan, Kamis 26 Desember 2019
Penulis, umar ali boho
Komentar
Posting Komentar